JAKARTA, KOMPAS.com - Perum Bulog mencatat penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pada 25 Agustus 2025 tembus lebih dari 8.000 ton per hari.
Beras tersebut disalurkan ke berbagai wilayah melalui jalur distribusi resmi yang diklaim terintegrasi dengan baik.
Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, mengatakan, perusahaan tetap menjaga ketersediaan pangan sekaligus menahan laju kenaikan harga beras yang terjadi saat ini.
“Dengan stok yang cukup dan distribusi yang masif, kami ingin memastikan masyarakat dapat memperoleh beras dengan harga terjangkau. Data penurunan harga di hampir 200 kabupaten/kota menjadi bukti bahwa langkah stabilisasi pangan yang dilakukan pemerintah melalui Bulog berjalan efektif,” ujar Rizal dalam keterangan pers, Jumat (29/8/2025).
Baca juga: Penyebab Harga Beras Naik Menurut Perpadi: Stok Ada, tapi Distribusi Minim
Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan hal berbeda.
Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jumat (29/8/2025), harga beras premium di tingkat konsumen masih menembus Rp 16.007 per kilogram, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipatok Rp 14.900 per kg.
Sementara itu, harga beras medium ikut naik 2,35 persen menjadi Rp 13.817 per kg, juga melampaui HET Rp 13.500.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: jika distribusi Bulog diklaim sudah massif, mengapa harga beras di pasar tetap sulit turun?
Apakah beras yang digelontorkan benar-benar sampai ke konsumen dengan harga terjangkau, atau justru tersangkut di rantai distribusi panjang yang dimanfaatkan oleh pedagang besar?
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas, mengakui harga beras terus mengalami kenaikan hingga menembus Rp 15.000 - Rp 15.500 per kilogram.
Kenaikan terjadi di sejumlah minimarket.
Lonjakan harga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp 6.500 per kg.
Ketentuan ini mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) No 2/2025 yang berlaku sejak 15 Januari 2025.
“Kalau belinya di minimarket, ya bisa Rp 15.000, bisa Rp 15.500,” ucap Zulhas saat gelaran Indonesia Summit 2025 Day 2 pada sesi Food Sovereignty for Economic Growth, Jakarta, Kamis (28/8/2025).
“Kita putuskan harga gabah naik, keluar Keppres, harga gabah Rp 6.500. Kalau gabah Rp 6.500, konsekuensinya harga beras pasti naik. Karena 1 kg beras hampir 2 kg gabah Rp 6.500 dikali 2, Rp 13.000,” tambah dia.