PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Di balik dinding kaca sebuah gedung modern di pusat perkantoran Pangkalpinang, terdapat sebuah oase literasi yang sunyi namun hidup.
Inilah Perpustakaan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Bangka Belitung, sebuah ruang di mana Syofia Arianditha (32) setiap hari menjadi ‘nadi’-nya.
Dengan desain futuristik, pendingin udara yang sejuk, dan koneksi WiFi gratis, perpustakaan ini jauh dari kesan kaku.
Rak-rak buku tertata rapi, memamerkan lebih dari 3.000 judul karya penulis dalam dan luar negeri.
Di sudut ruangan, sebuah kursi pijat elektrik siap memanjakan pengunjung, sementara di sisi lain, ruang bermain anak memastikan para orangtua bisa tenang menggali referensi.
Baca juga: Sitta Alia, Pustakawan Perempuan Penjaga Api Literasi di Kabupaten Bogor
Bagi Syofia, yang telah mengabdikan diri sebagai pustakawan di sini sejak 2021, pustaka yang buka untuk umum pukul 8.00-16.00 WIB ini, bukan sekadar ruang kerja. Ini adalah ladang ilmu yang ia rawat dengan sepenuh hati.
"Perpustakaan ini dikelola sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perpustakaan pusat Bank Indonesia, dalam meningkatkan kualitas dan kompetisi sumber daya manusia berbasis pengetahuan dengan ketersediaan ragam koleksi cetak maupun digital," kata Syofia kepada Kompas.com, Minggu (21/9/2025).
Selain menjadi pustakawan, dia juga mengawal program Nampel Seru atau Namu (bertamu) setiap hari Rabu.
Program Nampel ini menjadi kegiatan rutin yang diresmikan pada 2024 oleh Penjabat (Pj) Gubernur Sugito dan Kepala BI Bangka Belitung Rommy S Tamawiwy.
"Dalam Nampel Seru ini pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas pustaka sembari kami sosialisasi uang rupiah, kebanksentralan, sistem pembayaran dan perlindungan konsumen," ujar Syofia.
Syofia menuturkan, program Nampel Seru menyasar pengunjung dari lembaga atau sekolah termasuk taman kanak-kanak (TK).
"Rombongan yang berjumlah 20 orang akan kami layani langsung di pustaka, kalau jumlahnya lebih banyak, ada ruangan aula yang bisa difungsikan," ujar Syofia yang merupakan lulusan S1 Ilmu Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Baca juga: Tiga Dekade Lebih Bersama Buku, Mudianah Tak Pernah Menyesal Jadi Pustakawan...
Menurut Syofia, bekerja sebagai pustakawati lebih banyak sukanya ketimbang duka.
Baginya, pustaka merupakan ladang ilmu yang selalu dikunjungi oleh orang-orang yang ingin belajar menjadi lebih baik.
"Memang aku dulunya kuliah di bidang pustaka, jadi sudah menjiwai. Lebih banyak sukanya karena kita berkecimpung dengan banyak referensi," tutur ibu dua anak itu.