Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Batu Bara RI Tertekan Imbas Kebijakan Energi Domestik China

Kompas.com - 29/10/2025, 21:12 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Energy Shift Institute (ESI) menilai perubahan kebijakan energi China, seperti peningkatan produksi batu bara domestik, perbaikan logistik energi, dan percepatan transisi menuju energi bersih, memberi tekanan besar terhadap industri batu bara Indonesia.

“Perusahaan maupun pemerintah harus menyadari bahwa risiko yang dihadapi Indonesia bukan lagi bersifat sementara, melainkan struktural yang berasal dari perubahan kebijakan energi China,” ujar Pemimpin Riset Transisi Batu Bara ESI, Hazel Ilango, Rabu (29/10/2025) seperti dikutip dari Antara.

Menurut Hazel, pergeseran struktural dalam pasar energi China membawa risiko jangka panjang bagi bisnis batu bara Indonesia.

Baca juga: PTBA Ubah “Si Hitam” Batu Bara Jadi Produk Ramah Lingkungan buat Ketahanan Pangan

Selama ini, China menjadi pasar utama dengan menyerap sekitar 43 persen dari total ekspor batu bara Indonesia.

Ia menilai, Indonesia tidak bisa mengatasi risiko tersebut hanya dengan menyesuaikan biaya, volume produksi, atau diversifikasi pasar ekspor.

Industri dan pemerintah perlu menyiapkan strategi yang lebih mendasar untuk menghadapi perubahan global ini.

Salah satu tantangan terbesar adalah meningkatnya efisiensi industri batu bara di China. Kondisi itu membuat produsen batu bara Indonesia semakin sulit bersaing di pasar internasional.

Baca juga: Bukit Asam Tumbuh di Tengah Tekanan Harga, Produksi Batu Bara Naik 9 Persen

“Dengan produsen batu bara China menawarkan harga yang semakin kompetitif, pertanyaannya adalah sejauh mana eksportir batu bara Indonesia dapat menurunkan harga mengingat terbatasnya kemampuan mereka,” ujar Hazel.

Kebijakan China untuk meningkatkan penggunaan batu bara domestik berkualitas tinggi juga berpotensi melemahkan pangsa pasar batu bara Indonesia dalam jangka panjang.

Selain itu, transisi energi China turut memperkuat tekanan terhadap pasar batu bara. Lebih dari tiga perempat pertumbuhan permintaan listrik China pada 2024 bersumber dari energi bersih.

Hazel menambahkan, melemahnya ekspor batu bara ke China bisa menimbulkan dampak fiskal dan ekonomi serius bagi Indonesia.

Baca juga: Freeport Bakal Ganti PLTU Batu bara Jadi LNG, Targetkan Emisi Turun Lebih dari 30 Persen di 2030

Batu bara masih menjadi salah satu sumber utama penerimaan negara, dengan kontribusi lebih dari Rp 100 triliun pada 2023.

“Jika tren penurunan ekspor berlanjut, pemerintah pusat dan daerah penghasil batu bara akan menghadapi penurunan penerimaan yang signifikan,” kata Hazel.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau