JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi menyiapkan program beasiswa guna membangun generasi profesional di bidang terowongan.
"Kita membutuhkan insinyur dan tenaga ahli dengan spesialisasi tinggi. Kami telah menyiapkan program beasiswa magister dengan fokus pada struktur geologi dan terowongan untuk membangun generasi baru profesional terowongan," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi Kementerian PU, Boby Ali Azhari, dalam keterangannya, Minggu (2/11/2025).
Boby menjelaskan, pengerjaan proyek terowongan bawah tanah masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari aspek teknis hingga keterbatasan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri.
Baca juga: Terowongan Penghubung Stasiun Glodok dan Kota Selesai Dibangun
Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur bawah tanah membutuhkan keahlian yang sangat spesifik dan berbeda dari teknik sipil umum.
Karena itu, peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga ahli menjadi prioritas utama pemerintah.
Selain melalui beasiswa, Kementerian PU juga memperkuat program sertifikasi bagi tenaga konstruksi.
Hingga Oktober 2025, sebanyak 30 profesional telah tersertifikasi sebagai ahli madya perencanaan terowongan jalan, dan 24 lainnya sebagai insinyur muda di bidang yang sama.
"Sertifikasi ini menjadi bukti kompetensi dan kesiapan tenaga kerja nasional dalam menghadapi proyek-proyek berteknologi tinggi," kata Boby.
Tak hanya bagi tenaga perorangan, sertifikasi juga diberikan kepada badan usaha jasa konstruksi. Hingga Oktober 2025, tercatat 34 perusahaan telah memperoleh sertifikat badan usaha (SBU) untuk klasifikasi konstruksi terowongan.
Baca juga: Usai Inspeksi, Kementerian PUPR Sebut Tak Ada Retakan di Terowongan Tol Cisumdawu
Ketua Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI), Weni, menyoroti tantangan teknis yang dihadapi industri konstruksi bawah tanah, terutama terkait kondisi geologi dan geoteknik yang berbeda di tiap wilayah.
Menurutnya, peningkatan kemampuan SDM dan transfer teknologi internasional menjadi kunci memperkuat sektor tersebut.
"Kami membuka ruang kolaborasi dengan insinyur mancanegara agar terjadi pertukaran ilmu dan pengalaman," ujarnya.
Meski menghadapi tantangan finansial dan teknis, Weni optimistis potensi industri konstruksi bawah tanah di Indonesia sangat besar. Dalam jangka panjang, sektor ini diyakini akan memberikan manfaat besar bagi pembangunan nasional.
Baca juga: Proyek MRT, Terowongan Stasiun Bundaran HI-Thamrin-Monas Sudah Terhubung
MTKBTI resmi dibentuk dan menggelar inaugurasi pertama sebagai wadah sinergi di tengah meningkatnya proyek pembangunan bawah tanah di Indonesia, seperti MRT Jakarta, Kereta Cepat Jakarta–Bandung, hingga rencana terowongan bawah laut menuju Ibu Kota Nusantara (IKN).
Weni menjelaskan, organisasi ini menjadi ruang bagi pelaku industri konstruksi bawah tanah untuk berkolaborasi, bertukar pengetahuan, serta menjembatani komunikasi dengan regulator.
"Kami ingin agar pelaku industri konstruksi bawah tanah tidak berjalan sendiri. Ini wadah bersama untuk berdiskusi, mencari solusi, dan berkomunikasi dengan regulator seperti Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, maupun Kementerian ESDM," kata Weni.
Saat ini, MTKBTI telah menerima sekitar 130 aplikasi pendaftaran anggota individual dan menargetkan 15 anggota korporasi pada tahun ini.
Ke depan, asosiasi berkomitmen memperluas keanggotaan sekaligus mengembangkan program pelatihan dan sertifikasi guna meningkatkan kapasitas insinyur serta praktisi di bidang konstruksi bawah tanah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya