Dalam aturan adatnya, masyarakat tidak diperbolehkan melintas lebih dari tiga kali dari bawah panggung Mandi Balimau.
"Tidak boleh lebih dari tiga kali, itu aturannya. Tetapi kurang dari situ (tiga kali) boleh, dan sama saja maknanya," terang Yudi.
Baca juga: Sambut Ramadhan, Solok Selatan Gelar Tradisi Balimau, Sediakan 12.240 Porsi Makanan Gratis
Pada momen inilah, kebahagiaan dan penuh harapan begitu terpancar dari raur wajah ribuan warga dari tiga desa yakni Desa Koto Baru Semurup, Desa Air Tenang, dan Desa Sawahan Jaya, Kabupaten Kerinci.
Mereka berbaris tertib, berjalan perlahan di aliran sungai yang dalamnya kurang dari 70 cm itu.
Pemandangan itu sangat tak biasa, percikan air jeruk nyata-nyata memberi pesan bahagia dan harapan baru bagi setiap masyarakat.
Mandi Balimau, adalah satu dari banyaknya rangkaian Kenduri Sko di tiga desa yakni Desa Koto Baru Semurup, Desa Air Tenang, dan Desa Sawahan Jaya, Kabupaten Kerinci.
Usai mengikuti Mandi Balimau, acara ini ditutup dengan prosesi Belimau Rajo, yakni Raja atau Depati akan melewati siraman, tanda Mandi Balimau selesai.
"Setelah itu, makan akan ada doa bersama di Rumah Gedang," kata Yudi.
Dalam keyakinan mereka, dengan mengikuti Mandi Balimau memiliki makna menyucikan diri secara lahir dan batin, memberikan ruang maaf bagi sesama manusia, menyelesaikan perkara yang lama terpendam hingga menghilangka iri dan dengki.
Baca juga: Tradisi Balimau di Danau Singkarak
"Juga untuk menyusun silang selisih (menyelesikan perselisihan) dan menyambung silaturahmi, membersihkan diri, dari iri dengki."
"Itu adalah makna yang terkandung pada tradisi Mandi Balimau ini, ini tidak ada kaitannya dengan syrik, ini adalah tradisi, kita tetap berdasarkan agama dan memohon kepada Tuhan," ujar Yudi.
Tradisi Mandi Balimau ini sudah ada sebelum masehi, dan masih dipertahankan hingga saat ini.
Mereka menganggap, mempertahankan tradisi sangat penting, tanpa melawan nilai-nilai keagaman.
Tradisi ini menjadi gambaran akan kekayaan tradisi yang ada di Indonesia khususnya di Kerinci, Jambi.
Seluruh rangkaian tradisi ini, selalu ditutup dengan memohon dan bersandar pada Tuhan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini