Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Malang Kerap Dihiasi Wajah Lama Anjal-Gepeng, Satpol PP Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 07/09/2025, 15:12 WIB
Nugraha Perdana,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Upaya penertiban anak jalanan, gelandangan, dan pengemis (anjal-gepeng) oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang diperkirakan belum efektif mengatasi masalah tersebut hingga ke akarnya.

Meskipun razia rutin digelar, para pelanggar yang sama terus kembali ke jalan, menciptakan siklus penertiban yang tak kunjung putus.

Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum (KKU) Satpol PP Kota Malang, Mustaqim Jaya, menjelaskan bahwa pihaknya menghadapi tantangan serius di lapangan.

"Kami menghadapi dilema. Kewenangan kami terbatas pada penertiban, bukan penindakan hukum seperti tindak pidana ringan (tipiring)," ujar Mustaqim pada Minggu (7/9/2025).

Mustaqim menjelaskan bahwa alur penanganan yang ada saat ini terbukti menjadi sebuah pintu putar.

Baca juga: Tempati Warung Kosong, 2 Pasangan Anjal Kumpul Kebo Diamankan Satpol PP Bangkalan

Setelah diamankan, anjal-gepeng diserahkan ke Dinas Sosial P3AP2KB Kota Malang untuk mendapatkan pembinaan dan pelatihan keterampilan di shelter.

Namun, alih-alih memanfaatkan bekal tersebut untuk mencari pekerjaan, banyak dari mereka yang justru kembali ke jalanan setelah program selesai.

"Prosesnya selalu sama, yakni kami amankan, kami serahkan ke dinas sosial, mereka dibina, lalu keluar dan kembali lagi. Ini menunjukkan ada mata rantai yang terputus dalam penanganan masalah ini," katanya.

Mustaqim menyoroti dua akar masalah utama.

Pertama, dari pengakuan para anjal-gepeng, mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan formal meskipun telah menerima pelatihan.

Kedua, faktor ekonomi menjadi daya tarik utama yang membuat mereka enggan beralih profesi.

Baca juga: Anjal di Akses Suramadu Kerap Paksa Minta Uang dengan Gedor Mobil Diamankan

"Secara kalkulasi, mereka mungkin berpikir bahwa meminta-minta jauh lebih menguntungkan. Penghasilan harian bisa mencapai Rp 150.000 hingga Rp 200.000."

"Angka ini sulit didapatkan dari pekerjaan lain, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan," ujar Mustaqim.

Menurutnya, persoalan ini membutuhkan strategi penanganan yang lebih komprehensif dan terintegrasi antar-lembaga agar tidak hanya menyelesaikan gejala, tetapi juga mengatasi akar masalah sosial-ekonomi yang melingkupinya.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa peran Dinas Sosial P3AP2KB sebagai lembaga pengampu menjadi sangat krusial.

Penanganan tidak boleh berhenti pada pemberian pelatihan, tetapi harus diperluas hingga pendampingan dan penempatan kerja yang nyata.

Baca juga: Meresahkan, Anjal di Bangkalan Gedor Kaca Mobil dan Paksa Pengendara Beri Uang

Tanpa solusi pasca-pembinaan yang konkret, program yang ada hanya akan menjadi formalitas.

Beberapa titik yang menjadi lokasi mangkal para anjal-gepeng yang berulang kali ditertibkan antara lain adalah simpang exit Tol Madyopuro dan sepanjang Jalan Panglima Sudirman.

"Kasus seperti badut di Madyopuro itu adalah contoh nyata. Orangnya selalu sama, sudah berkali-kali kami tertibkan," pungkasnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Batal Launching, Puluhan Siswa SR di Bangkalan Tak Kunjung Sekolah
Batal Launching, Puluhan Siswa SR di Bangkalan Tak Kunjung Sekolah
Surabaya
Ayah Syifa Ungkap Sikap Istri Sebelum Anaknya Ditemukan Tewas di Lemari Kamar Kos
Ayah Syifa Ungkap Sikap Istri Sebelum Anaknya Ditemukan Tewas di Lemari Kamar Kos
Surabaya
Gembrungan, Nada Sholawat Warisan Leluhur di Desa Sambirobyong Magetan yang Terancam Punah
Gembrungan, Nada Sholawat Warisan Leluhur di Desa Sambirobyong Magetan yang Terancam Punah
Surabaya
Pelaku Pencurian di Situbondo Sempat Ditangkap, Kini Dilepas Kembali
Pelaku Pencurian di Situbondo Sempat Ditangkap, Kini Dilepas Kembali
Surabaya
Perjuangan Furdan Kinder, Putra Papua yang Hidupkan Mimpi Anak-anak Pedalaman
Perjuangan Furdan Kinder, Putra Papua yang Hidupkan Mimpi Anak-anak Pedalaman
Surabaya
Furdan Kinder, Guru Pedalaman Papua yang Bawa Indonesia ke Kancah Dunia
Furdan Kinder, Guru Pedalaman Papua yang Bawa Indonesia ke Kancah Dunia
Surabaya
Ribuan Pendaki Padati Jalur Pendakian Cemorosewu selama Libur Panjang, Mayoritas Gaya Tek Tok
Ribuan Pendaki Padati Jalur Pendakian Cemorosewu selama Libur Panjang, Mayoritas Gaya Tek Tok
Surabaya
Korsleting Listrik Penyebab Terbakarnya Gudang Mebel di Pasuruan, Pemilik Rugi Rp 100 Juta
Korsleting Listrik Penyebab Terbakarnya Gudang Mebel di Pasuruan, Pemilik Rugi Rp 100 Juta
Surabaya
Gerhana Bulan Total Terjadi Tengah Malam dan Akan Berlangsung 3 Jam 23 menit di Madura
Gerhana Bulan Total Terjadi Tengah Malam dan Akan Berlangsung 3 Jam 23 menit di Madura
Surabaya
Pelaku Pembunuh Mutilasi di Pacet Dikenal Pendiam
Pelaku Pembunuh Mutilasi di Pacet Dikenal Pendiam
Surabaya
Pelaku Mutilasi di Pacet Diduga Sudah Nikah Siri dengan Korban
Pelaku Mutilasi di Pacet Diduga Sudah Nikah Siri dengan Korban
Surabaya
Warga Pasuruan Temukan Bayi di Atas Daun Pisang
Warga Pasuruan Temukan Bayi di Atas Daun Pisang
Surabaya
Koperasi Merah Putih di Pamekasan Terancam Rugi, Tawaran Bisnis Elpiji Hanya Untung Rp 200.000 Per Bulan
Koperasi Merah Putih di Pamekasan Terancam Rugi, Tawaran Bisnis Elpiji Hanya Untung Rp 200.000 Per Bulan
Surabaya
Kejar Capaian Imunisasi Campak, Ratusan Siswa SD di Bangkalan Segera Divaksin
Kejar Capaian Imunisasi Campak, Ratusan Siswa SD di Bangkalan Segera Divaksin
Surabaya
Fortuner di Sampang Tabrak Mobil Berisi 3 Anggota Polisi dan Seruduk Warung Es
Fortuner di Sampang Tabrak Mobil Berisi 3 Anggota Polisi dan Seruduk Warung Es
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau