Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi/Peneliti (Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI)

Saat ini berkiprah sebagai akademisi/peneliti di Universitas Indonesia. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Proyeksi Pertumbuhan dan Harapan Pekerjaan yang Lesu

Kompas.com - 11/10/2025, 15:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MINGGU ini, Bank Dunia baru saja merilis publikasi terbaru mengenai proyeksi pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik. Secara umum, Bank Dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan ini masih akan berada di atas rata-rata pertumbuhan global.

Namun, laju pertumbuhan tersebut diperkirakan melambat pada 2025 dan semakin menurun pada 2026. Sejumlah indikator menunjukkan tanda-tanda pelemahan momentum ekonomi.

Sebagai contoh, penjualan ritel memang mencatat peningkatan, tetapi tingkat keyakinan konsumen belum sepenuhnya pulih sejak pandemi COVID-19.

Sementara itu, produksi industri masih relatif kuat, namun kepercayaan dunia usaha tetap lemah.

China, sebagai ekonomi terbesar di kawasan, diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 4,8 persen pada tahun ini, sebelum melambat menjadi 4,2 persen pada 2026.

Di sisi lain, negara-negara berkembang Asia lainnya diproyeksikan tumbuh sekitar 4,4 persen pada 2025 dan sedikit meningkat menjadi 4,5 persen pada 2026.

Adapun kawasan Pasifik diperkirakan mencatat pertumbuhan sebesar 2,7 persen pada 2025 dan 2,8 persen pada 2026.

Bagaimana dengan Indonesia? Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 4,8 persen pada tahun 2025 dan 2026.

Baca juga: Tambang untuk Rakyat, Rakyat yang Mana?

Proyeksi ini tidak banyak berubah dibandingkan berbagai perkiraan sebelumnya, yang juga menempatkan pertumbuhan Indonesia di bawah 5 persen.

Meski masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan, publik di Indonesia umumnya baru dapat melihat data resmi sekitar satu bulan setelah berakhirnya kuartal.

Sebagai contoh, untuk kinerja ekonomi kuartal III, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data pertumbuhan pada 5 November 2025.

Beberapa faktor turut memengaruhi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan. Pertama, meningkatnya restriksi perdagangan antarnegara sebagai dampak dari kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.

Di antara seluruh negara di Asia Pasifik, China menjadi yang paling terdampak, dengan kenaikan tarif perdagangan yang signifikan dibandingkan tahun 2024.

Kedua, meningkatnya ketidakpastian kebijakan di tingkat global. Presiden Trump dikenal dengan gaya kebijakan yang sulit diprediksi, sehingga memicu fluktuasi dalam sentimen pasar.

Berdasarkan konsep economic policy uncertainty yang dikembangkan oleh Dario Caldara dan rekan-rekannya (2020), tingkat ketidakpastian global meningkat tajam, baik terkait kebijakan ekonomi maupun kebijakan perdagangan internasional.

Halaman:


Terkini Lainnya
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
IHSG Bergerak Fluktuatif, Disarankan Fokus ke Saham Defensif dan Emiten Berkinerja Solid
IHSG Bergerak Fluktuatif, Disarankan Fokus ke Saham Defensif dan Emiten Berkinerja Solid
Ekbis
Sido Muncul (SIDO) Tebar Dividen Interim Rp 647 Miliar, Cek Jadwalnya
Sido Muncul (SIDO) Tebar Dividen Interim Rp 647 Miliar, Cek Jadwalnya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau