JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) telah menyerap 19,60 juta tenaga kerja hingga Februari 2025.
Jumlah itu setara dengan 13,45 persen dari total tenaga kerja nasional.
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, kinerja sektor industri manufaktur Indonesia, terutama IPNM, tetap solid di tengah tekanan geoekonomi dan geopolitik dunia.
Pada kuartal II-2025, sektor industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,60 persen secara tahunan (year on year/YoY), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12 persen.
Baca juga: Tenaga Kerja Belum Sesuai Kebutuhan Industri, Pengangguran Muda Masih Tinggi
“Sektor industri manufaktur Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif di tengah tantangan geoekonomi dan geopolitik dunia saat ini,” ujar Agus yang dibacakan Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (Ditjen KPAII) Kemenperin, Tri Supondy, Selasa (14/10/2025).
Sektor IPNM juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, yakni sebesar 16,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal ini menegaskan bahwa sektor manufaktur tetap ekspansif dan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Dari sisi ekspor, sepanjang Januari hingga Agustus 2025, nilai ekspor sektor industri pengolahan nonmigas mencapai 147,95 miliar dollar AS, atau 79,92 persen dari total ekspor nasional sebesar 185,13 miliar dollar AS.
Tak hanya itu, Agus menyebut kepercayaan investor terhadap sektor manufaktur nasional juga tetap kuat.
Realisasi investasi industri manufaktur pada semester I-2025 tercatat sebesar Rp366,6 triliun, atau 38,88 persen dari total investasi nasional.
Adapun, optimisme pelaku industri tecermin dari capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang mencapai 53,02 pada September 2025, serta Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 50,4.
Menurutnya, kedua indikator itu menunjukkan kondisi ekspansif dan meningkatnya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek industri nasional.
Secara global, posisi Indonesia dalam peta industri dunia terus menguat.
Berdasarkan data World Bank, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada 2024 mencapai 265,07 miliar dollar AS.
Dengan capaian tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-13 dunia, ke-5 di Asia, dan peringkat pertama di kawasan ASEAN.