Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Perak Melejit Lampaui Emas, Goldman Sachs Wanti-wanti Risiko

Kompas.com - Diperbarui 16/10/2025, 13:38 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com - Harga perak melonjak lebih dari 70 persen sejak awal tahun, jauh mengungguli kenaikan emas yang mencapai 50 persen. Namun, Goldman Sachs memperingatkan bahwa reli tajam perak ini berisiko besar karena tidak memiliki dukungan dari bank sentral seperti halnya emas.

Data LSEG menunjukkan, pada awal perdagangan global Senin (13/10/2025), harga perak sempat menyentuh rekor tertinggi 51,38 dollar AS per ounce.

Sementara itu, harga emas juga mencetak rekor baru di kisaran 4.060 dollar AS per ounce setelah sebelumnya menembus level 4.000 dollar AS.

Baca juga: IHSG Anjlok Hampir 3 Persen, Investor Lari ke Emas dan Perak

Dilansir dari Business Insider, kenaikan harga emas dan perak dipicu oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan meningkatnya minat terhadap aset aman.

Sentimen pasar kian panas setelah Presiden AS, Donald Trump kembali memicu perang dagang dengan China dengan memberlakukan tambahan tarif 100 persen terhadap impor dari negara tersebut.

Namun, analis Goldman Sachs menilai reli perak ini tidak sepenuhnya kokoh.

“Dalam jangka menengah, perak masih berpeluang naik seiring potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Namun, dalam jangka pendek, volatilitas dan risiko penurunan harga perak jauh lebih besar dibanding emas,” tulis tim analis Goldman Sachs dalam laporan risetnya.

Baca juga: Harga Perak Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Emas Lebih Stabil Berkat Dukungan Bank Sentral

Selama ini, harga perak dan emas bergerak searah. Namun, korelasi itu mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir.

Goldman Sachs menjelaskan, pembelian besar-besaran emas oleh bank sentral menjadi salah satu faktor yang membuat harga emas lebih stabil.

Sebaliknya, perak lebih bergantung pada permintaan industri, seperti sektor panel surya, sehingga pergerakannya lebih fluktuatif.

“Perak tidak memiliki profil institusional dan ekonomi seperti emas. Logam ini tidak diakui dalam kerangka cadangan IMF dan tidak memiliki peran signifikan di portofolio bank sentral modern,” tulis analis Goldman Sachs.

Mereka juga menepis anggapan bahwa kenaikan harga emas akan mendorong bank sentral beralih ke perak.

“Bank sentral tidak mengelola berat, melainkan nilai. Cadangan emas disimpan secara pasif dan tidak digunakan untuk keperluan operasional,” tambah laporan tersebut.

Baca juga: Harga Emas dan Perak Cetak Rekor, Investor Ramai-ramai Cari Aset Aman

Artinya, saat harga emas naik, bank sentral tidak mencari logam lain yang lebih murah, melainkan hanya menyesuaikan jumlah emas agar nilai total cadangan tetap sama.

Secara fisik, emas juga lebih unggul sebagai aset cadangan. Emas sepuluh kali lebih langka dari perak, 80 kali lebih bernilai per ounce, dan dua kali lebih padat.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
IHSG Bergerak Fluktuatif, Disarankan Fokus ke Saham Defensif dan Emiten Berkinerja Solid
IHSG Bergerak Fluktuatif, Disarankan Fokus ke Saham Defensif dan Emiten Berkinerja Solid
Ekbis
Sido Muncul (SIDO) Tebar Dividen Interim Rp 647 Miliar, Cek Jadwalnya
Sido Muncul (SIDO) Tebar Dividen Interim Rp 647 Miliar, Cek Jadwalnya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau