"Saya berkeliling Asia Tenggara baru-baru ini, termasuk Indonesia dan selalu menggunakan ojek online. Mereka selalu ramah. Saya merasa, saya harus membantu mereka. Cara yang bisa saya lakukan saat ini adalah mengirimkan makanan," ungkap Tara kepada wartawan Riana A Ibrahim yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Ia juga mengaku terinspirasi dengan pergerakan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan yang berani menggugat ketidakadilan dan pemerintah yang korup.
Dia kemudian memikirkan cara agar para warga Filipina juga bisa turut serta.
Baca juga: 211 Organisasi HAM Kecam Kekerasan Aparat RI dalam Pengamanan Demo
Meski terdapat kendala bahasa, ia berupaya melalui media sosial untuk memperoleh instruksi dalam Bahasa Indonesia yang dapat diteruskan kepada para pengemudi ojek online. Kadang ia juga menerjemahkan lagi ke dalam bahasa Filipina agar dapat dipahami juga oleh warga Filipina.
Selain panduan, ia mendorong agar pengiriman tidak hanya di Jakarta tapi juga bisa ke daerah lain. Pesanan dari Filipina, Jepang, dan Hong Kong pun meluas ke Bali hingga Makassar.
"Sejak awal, saya terpikir melakukan ini. Kemudian, saya melihat semua orang melakukannya. Jadi, saya pikir kami sepemikiran. Ternyata tidak hanya di Asia Tenggara. Ada Jepang, Swedia, sampai Amerika Serikat, mungkin mereka pakai VPN ya," ucap Tara.
Taufik, pengemudi ojek online, yang dijumpai di kawasan Batu Sari, Jakarta Barat mengucapkan terima kasih dan mengaku terbantu dengan pesanan dari luar negeri tersebut.
"Orderan kan sepi. Ini ngebantu banget. Terus buat kita makanannya, juga jadi makin ngebantu," ujarnya yang pernah memperoleh pesanan solidaritas ini yang tujuannya ke Hotel Shangrilla Jakarta.
Tara bercerita, kabar dari Indonesia diperolehnya melalui Tik Tok dan Instagram.
"Awalnya, sulit dimengerti karena tidak ada terjemahan dalam bahasa Inggris. Tapi kemudian ada yang menjelaskan dengan terjemahan dan ada utas dari mahasiswa juga yang membuat saya mulai paham masalahnya," ujar Tara.
Baca juga: Alasan Prabowo Tetap ke China meski Marak Demo di Indonesia
Menurut dia, Filipina juga memiliki masalah serupa. "Kita semua orang baik, bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Hanya saja pemerintah kita sama buruk dan korupnya," kata Tara.
Ia terkesan melihat keberanian masyarakat Indonesia yang bisa menggerakkan banyak massa sampai ke depan gedung parlemen dan beberapa titik penting lainnya.
Di Filipina, gerakan melawan pemerintah yang korup pernah dilakukan tapi usai banyak korban dari peristiwa saat itu, penduduknya ragu untuk bersuara.
"Sekarang, kami juga belum bersatu seperti di Indonesia. Kami lebih banyak saling bertengkar karena ada kelompok yang membela politisi korup akibat informasi di media. Sulit juga untuk mengedukasi karena sudah punya pendirian masing-masing," ucap Tara.
"Tapi melihat kalian semua bersama melawan politisi korup. Itu sangat menginspirasi dan kenapa saya tidak mendukung kalian untuk hal ini? Siapa tahu ini juga bisa menginspirasi warga Filipina. Saya yakin hanya masalah waktu," katanya.
Ia berharap gerakan di Indonesia kali ini membuahkan hasil, sehingga tercipta pemerintah yang transparan dan akuntabel.
"Kami hanya melakukan di media sosial. Tapi, kalian benar-benar turun ke jalan. Itu memotivasi sekali," imbuhnya.
Selain itu, para diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia juga tengah beraksi.
Mereka menyuarakan tuntutannya dari New York, Melbourne, Canberra, London, Glasgow, dan Den Haag.
Baca juga: Parlemen ASEAN untuk HAM Kecam Kekerasan Aparat RI dalam Demo
Tara dari Filipina dan Amir dari Malaysia meyakini besarnya peran media sosial dalam menyebarkan situasi di Indonesia yang kemudian berbuah solidaritas. Tara mengatakan sudah semestinya media sosial difungsikan untuk menggalang kekuatan dan solidaritas dalam kemanusiaan.
"Bagaimana kalian di Indonesia menyikapi ini berbeda cara dengan kami di sini (Filipina). Saya tahu media mulai dibatasi. Ada orang-orang yang meninggal. Itu menakutkan, tapi kalian di media sosial tetap saling berbagi informasi. Itu sangat menginspirasi," kata Tara.