Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang Masih Banjir di Musim Hujan, Efektifkah Modifikasi Cuaca?

Kompas.com - 28/10/2025, 19:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

KOMPAS.com - Banjir di Semarang, Jawa Tengah, hingga Selasa (28/10/2025) masih melanda 16 titik wilayah akibat hujan deras mengguyur sejak Rabu (22/10/2025).

Kepala BPBD Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, mengatakan petugas masih siaga untuk menangani genangan yang belum surut.

“Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung pada Selasa sore mengakibatkan beberapa titik tergenang dan beberapa kejadian bencana alam,” ujar Endro saat dikonfirmasi, seperti yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/10/2025).

Baca juga: 16 Titik Banjir di Semarang, Ketinggian 5 hingga 60 Sentimeter

Ketinggian banjir bervariasi di setiap lokasi, antara 10 hingga 60 sentimeter.

Jalan Kaligawe 4 menjadi salah satu titik parah dengan ketinggian 45-60 sentimeter.

Sementara itu, sejumlah ruas Pantura seperti Jalan MT Haryono dan Jalan Pengapon juga kembali tergenang antara 30-50 cm.

Beberapa kendaraan bermotor memilih memutar balik karena genangan air yang cukup tinggi.

Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, mengimbau pengendara berhati-hati karena kondisi jalan berlubang dan berlumpur akibat lama terendam.

“Lalu lintas aman, tapi tetap harus berhati-hati karena banyak jalan yang berlubang,” ujarnya.

Baca juga: BNPB Kerahkan Tim Reaksi Cepat, Ribuan Warga Sukabumi Terdampak Banjir dan Longsor

Daftar lokasi banjir di Semarang

Truk menerjang banjir Pantura Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (28/10/2025). KOMPAS.COM/NUR ZAIDI Truk menerjang banjir Pantura Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (28/10/2025).

Berikut 16 titik banjir di Kota Semarang yang masih tergenang per Selasa (28/10/2025):

  • Trimulyo RT 02 RW 02: 20-30 cm
  • Jalan Karangingas (Sawah Besar): 10-15 cm
  • Jalan Kaligawe Raya (Depan SPBU): 5-10 cm
  • Jalan Kaligawe 4: 45-60 cm
  • Padi Raya, Kelurahan Gebangsari Genuk: 30 cm
  • Jalan Muktiharjo Raya-Muktiharjo Lor: 20 cm
  • Jalan Dong Biru (Depan Kantor Kecamatan Genuk): 15-20 cm
  • Jalan Dong Biru Genuksari: 20-25 cm
  • Jalan Gebang Anom: 30 cm
  • Karangrejo RW 05: 20 cm
  • Jalan Tambakan: 5-25 cm
  • Rusunawa Kaligawe: 10-15 cm
  • Depan RSI Sultan Agung: 30 cm
  • Kelurahan Tambakrejo RW 08: 10-20 cm
  • Kaligawe Pasar Waru: 20-35 cm
  • Rusun Pondok Boro: 30-40 cm

Baca juga: Banjir dan Longsor di Sukabumi, 1.873 Warga Terdampak dan Jembatan Terputus

Efektifkah modifikasi cuaca?

Petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memeriksa bahan semai untuk Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang telah dimuat ke dalam pesawat Cessna 208 Caravan PK-SNM di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/10/2025). BNPB bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara berkala sejak Sabtu (25/10) hingga lima hari ke depan dalam rangka penanganan bencana hidrometeorologi basah di wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan dengan total bahan semai sebanyak 10 ton NaCl dan 2 ton CaO. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.ANTARA FOTO/Aprillio Akbar Petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memeriksa bahan semai untuk Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang telah dimuat ke dalam pesawat Cessna 208 Caravan PK-SNM di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/10/2025). BNPB bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara berkala sejak Sabtu (25/10) hingga lima hari ke depan dalam rangka penanganan bencana hidrometeorologi basah di wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan dengan total bahan semai sebanyak 10 ton NaCl dan 2 ton CaO. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

Banjir yang melanda di sejumlah titik di Semarang telah berlangsung sekitar enam hari.

Untuk mempercepat penanganan banjir, BNPB bersama BPBD Provinsi Jawa Tengah telah melakukan modifikasi cuaca sejak Sabtu hingga Senin.

Hal itu dimaksudkan agar curah hujan tidak langsung turun di wilayah terdampak banjir.

“Modifikasi cuaca mulai Sabtu, Minggu, dan Senin,” ujar Endro.

Namun, efektivitas modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir di Semarang dipertanyakan.

Pakar Tata Kota Universitas Diponegoro (Undip), Ing Wiwandari Handayani, menilai rekayasa cuaca hanya memindahkan masalah tanpa menyelesaikan akar masalah banjir.

“Menurut saya sih itu memindahkan masalah banjir, tetapi tidak menyelesaikan masalah,” ungkap Wiwik, sapaan akrabnya, seperti yang dikutip Kompas.com, Selasa (28/10/2025).

Beberapa lokasi seperti Kaligawe menghadapi kondisi lahan memprihatinkan akibat penurunan muka tanah dan kenaikan muka laut.

Wiwik menjelaskan, hujan dengan intensitas sedang saja di wilayah Kaligawe tetap berpotensi menimbulkan banjir.

“Kalau mau modifikasi cuaca, dipindahkan ke tempat lain agar hujan itu turun di daerah yang mungkin kapasitas wilayahnya masih lebih baik daripada Kaligawe. Tetapi, belum tentu daerah tersebut aman dari hujan ekstrem,” tambahnya.

Wiwik juga mengkhawatirkan jika hujan dipindahkan ke daerah hulu, aliran air tetap akan menuju hilir, termasuk Kaligawe dan Semarang bagian timur.

“Malah sama aja mungkin hanya menunda saja. Hujannya ditunda tidak dalam waktu yang bersamaan, tapi kan akar masalahnya tidak terselesaikan,” jelasnya.

Baca juga: BNPB Modifikasi Cuaca Semarang untuk Redakan Banjir yang Masih Menggenang

Pentingnya tata kota dan drainase

Menurut Wiwik, upaya modifikasi cuaca tidak bisa menjadi solusi utama jika perubahan tata ruang dan pengelolaan drainase tidak diperhatikan.

Perubahan fungsi lahan dari daerah resapan menjadi perumahan dan infrastruktur memperparah risiko banjir.

“Banjir yang selama ini terjadi tidak pernah ditangani secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Fokusnya di hilir, bikin tanggul laut, normalisasi sungai, kemarin juga sempat ‘menyalahkan pompa’ dan saluran drainase, bisa jadi itu masalah,” tuturnya.

“Tetapi, akar masalahnya sebenarnya itu perubahan guna lahan yang tidak terkendali,” tandasnya.

Ia menekankan bahwa perbaikan drainase dan normalisasi sungai hanya efektif, jika dikombinasikan dengan penataan wilayah di hulu.

“(Alih fungsi lahan) Itu kan memperparah sedimentasi dan membebani drainase. Kemudian, seolah-olah jadi salahnya drainase,” ucapnya.

“Padahal misalnya nih drainasenya dibenahi, tapi lahan-lahan yang seharusnya sebagai daerah resapan itu dibiarkan terbangun, saya yakin Semarang akan tetap mengalami persoalan yang sama, masalah banjir,” pungkas Wiwik.

(Sumber: Kompas.com/ Muchamad Dafi Yusuf/Titis Anis Fauziyah | Ihsanuddin/Krisiandi)

Baca juga: BPBD Bali Minta Warga Gunakan Media Alternatif Sebelum Alarm Banjir Terpasang

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Sulawesi Selatan
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Jawa Tengah
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Jawa Timur
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
Lampung
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Timur
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Kalimantan Barat
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Jawa Timur
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Kalimantan Barat
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Banten
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Jawa Timur
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Jawa Tengah
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
Jawa Timur
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Jawa Tengah
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau