Selama itu pula, keluarga dan kerabat keraton juga terus mendorong terlaksananya rekonsiliasi demi menjaga kewibawaan keraton.
Setelah permasalahan yang panjang, pada akhirnya rekonsiliasi di Keraton Surakarta Hadiningrat terwujud pada Senin (4/6/2012).
Rekonsiliasi itu ditandai dengan penandatanganan kedua pihak, yakni Sinuhun Tedjowulan dan Pakubuwono XIII Hangabei di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Wujud rekonsiliasi itu dengan membentuk Dwi Tunggal dalam Keraton Surakarta Hadiningrat. Sinuhun Tedjowulan bersedia melepas gelar Paku Buwono XIII.
Selanjutnya, Tedjowulan mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Penembahan Agung Tedjowulan.
Setelah rekonsiliasi, Tedjowulan dan Pakubuwono XIII Hangabei bermasa-sama memimpin Keraton dalam Dwi Tunggal.
Pada masa itu, konflik internal sempat mereda, walau terdapat pihak yang tidak menyetujui hasil rekonsiliasi tersebut.
Konflik tersebut terjadi antara Pakubuwono XIII dengan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta yang beranggotakan sebagian saudara PB XIII, yakni putra-putri PB XII.
Pakubuwono XIII diketahui telah menikah beberapa kali, di mana ada pernikahan yang berlangsung sebelum ia naik tahta.
Pernikahan pertama dijalani dengan Nuk Kusumaningdyah atau Kanjeng Raden Ayu Endang Kusumaningdyah.
Dari pernikahan ini, lahir tiga orang putri yakni Gusti Raden Ayu Rumbai Kusuma Dewayani atau GKR Timoer, Gusti Raden Ayu Devi Lelyana Dewi, dan Gusti Raden Ayu Dewi Ratih Widyasari.
Ia juga pernah menikahi Winari Sri Haryani atau Kanjeng Raden Ayu Winari, walau hubungan itu juga berakhir sebelum kenaikan tahta.
Dari pernikahan ini, Pakubuwono XIII dikaruniai seorang putra, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi, serta dua putri, Gusti Raden Ayu Sugih Oceania, dan Gusti Raden Ayu Putri Purnaningrum.
Pernikahan terakhir adalah dengan Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono. Dari pernikahan tersebut, lahir seorang putra bernama GRM Suryo Aryo Mustiko atau KGPH Purbaya.
Raja Keraton Kasunanan Surakarta Pakubuwono XIII (duduk di kuris kiri) berfoto bersama istrinya, GKR Pakubuwono XIII (duduk di kursi kanan), serta anaknya, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya (ketiga dari kiri), seusai acara Tingalan Dalem Jumenengan Pakubuwono XIII yang ke-18, di Keraton Kasunanan Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (27/2/2022). Dalam kesempatan itu, KGPH Purbaya juga dinobatkan sebagai putra mahkota dari kerajaan tersebut. Penobatan itu seiring dengan pengukuhan ibunya sebagai permaisuri sang raja.Dilansir dari TribunSolo.com, Pakubuwana XIII meninggal dunia pada usia usia 77 tahun setelah mengalami sejumlah komplikasi penyakit.
Selama beberapa minggu terakhir, dia menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru.
Menurut adiknya, GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), sang raja menderita komplikasi ginjal dan sempat menjalani cuci darah sebelum akhirnya berpulang.
“Sinuhun sebetulnya sakit banget tapi dipaksa harus tindak ke pawon. Menjalankan tugasnya untuk kembul bujono dengan abdi dalem. Terlalu diforsir,” ungkap Gusti Moeng.
Salah satu kerabat keraton, KPH Eddy Wirabhumi, menjelaskan bahwa kondisi Sinuhun sempat membaik sebelum akhirnya kembali memburuk.
“Iya, cukup lama, sebelum Adang Dal beliau sempat masuk rumah sakit, kemudian lumayan sehat dan kondur (pulang). Namun setelah acara Adang Dal itu, beliau sakit lagi, masuk lagi sampai sekarang. Sebenarnya sudah lama beliau sakit. Terakhir komplikasi, termasuk gula darahnya tinggi dan seterusnya. Sudah sepuh juga,” jelas Eddy, Minggu (2/11/2025).
Pada akhirnya, Sinuhun Pakubuwono XIII berpulang sekitar pukul 07.30 WIB di Rumah Sakit Indriati.
Sekitar pukul 10.38 WIB, mobil yang membawa jenazah tiba di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Rombongan kemudian masuk melalui pintu Sentra Listrik, yang langsung ditutup rapat setelah iring-iringan masuk.
Jenazahnya kemudian disemayamkan di Bangsal Maligi, yang terletak di belakang Sasana Sewaka, sebelum diberangkatkan ke Imogiri.
Kerabat keraton KPH Eddy Wirabhumi mengungkapkan sinuhun akan dimakamkan bersama raja Mataram terdahulu di Kompleks Makam Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta
Semula, ia mengungkap kemungkinan bahwa pemakaman PB XIII akan digelar pada Selasa (2/10/2025).
“Sedang dibicarakan pagi ini. Kemungkinan besar di Hari Selasa. Selasa besok kebetulan Selasa Kliwon. Kemungkinan besar di atas jam 13.00,” jelasnya.
Namun, belakangan rencana pemakaman digeser menjadi Rabu (5/11/2025), setelah sebelumnya disemayamkan di Masjid Pujosono, belakang Sasana Sewaka.