“Jadi, membandingkan biaya antara anak perempuan dan laki-laki secara sederhana tidak adil. Yang lebih penting adalah memahami konteks keluarga, pilihan gaya hidup, dan prioritas investasi orang tua terhadap anak,” tegas Eddy.
Baca juga: Para Orangtua di Inggris Ramai-ramai Wariskan Harta Lebih Cepat ke Anak, Ada Apa?
Eddy Junarsin menekankan bahwa pengeluaran anak sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan tren sosial, tak hanya soal jenis kelamin.
“Memang kebutuhan wanita dari sisi keindahan bisa lebih banyak, seperti skincare, kosmetik, pakaian, perhiasan, parfum, dan sebagainya. Namun jangan salah, pria juga bisa boros dalam hal-hal tersebut. Jadi, hal ini tidak bisa digeneralisasi,” ujarnya.
Menurut Eddy, perilaku konsumtif anak dipengaruhi lingkungan, teman sebaya, dan kebiasaan keluarga, sehingga setiap anak memiliki pola pengeluaran yang unik.
Faktor sosial ini sering kali lebih menentukan dibandingkan stereotip bahwa anak perempuan selalu lebih mahal.
Dengan kata lain, memahami konteks keluarga dan lingkungan sosial menjadi kunci untuk menilai pengeluaran anak secara realistis, bukan sekadar membandingkan jenis kelamin.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya