Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Jateng, Walhi Nilai akibat Hilangnya Daerah Resapan di Hulu dan Kerusakan Lingkungan di Hilir

Kompas.com - 30/10/2025, 18:15 WIB
Muchamad Fatah Akrom,
Krisiandi

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Banjir melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah, termasuk Pati, Demak, Grobogan, dan Semarang, sejak pertengahan Oktober 2025.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah menilai fenomena banjir ini bukan sekadar masalah tahunan, melainkan mencerminkan kegagalan kebijakan pemerintah dalam penanganan bencana.

Dalam Konferensi Pers Respon Cepat Banjir yang diadakan melalui Zoom Meeting pada Kamis (30/10/2025), Walhi menegaskan pentingnya pertanggungjawaban pemerintah dalam menanggulangi bencana di Jawa Tengah.

Baca juga: Polisi Periksa Pemilik Lahan 181 Hektare yang Terbakar, Walhi Desak Tindakan Tegas

Banjir bandang telah menenggelamkan permukiman penduduk dan menyebabkan kemacetan di ruas jalan pantai utara Jawa, termasuk jalan tol tanggul laut Semarang-Demak.

Manajer Advokasi Walhi Jawa Tengah, Adetya Pramandira, menjelaskan bahwa penyebab banjir ini adalah hilangnya daerah resapan air di hulu, kerusakan di hilir, serta tidak optimalnya pompa air di tengah curah hujan yang tinggi.

“Semarang telah kehilangan banyak daerah resapan air di bagian Semarang atas akibat pembukaan lahan untuk perumahan dan pertambangan. Dalam RTRW Jawa Tengah, pertambangan nyaris berada di hampir seluruh kabupaten-kota,” ungkapnya.

Hasil penelitian Walhi menunjukkan kerusakan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) akibat kegiatan industrialisasi.

Baca juga: Banjir Genangi Pantura Sayung Kamis, Berikut 3 Jalan Alternatif Demak-Semarang

“Kerusakan terjadi di badan sungai yang bermuara di sungai Tenggang, Tuntang, Glugu, Widodaren, dan lainnya. Sementara itu, daerah hilir juga mengalami degradasi lingkungan akibat aktivitas industrialisasi yang berlebihan dan proyek-proyek besar seperti Tol Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD),” tambahnya.

Ubah penanganan

Adetya juga menekankan perlunya upaya serius dari pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten di wilayah rawan banjir untuk mencegah terulangnya pola bencana yang sama.

“Pendekatan kebencanaan seharusnya tidak hanya berkutat pada persoalan teknis seperti penambahan pompa air dan perbaikan tanggul, tetapi juga melakukan mitigasi secara struktural dan non-struktural,” ujarnya.

Mitigasi tersebut sejalan dengan dokumen Kajian Risiko Bencana Nasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022-2026, yang mencakup penataan ruang, mitigasi struktural, dan penyuluhan kepada masyarakat, terutama di kabupaten dengan risiko tinggi seperti Cilacap, Kebumen, Boyolali, Sragen, Grobogan, Blora, Demak, Semarang, dan Brebes.

Baca juga: Walhi NTB Desak Moratorium Izin Tambang demi Selamatkan Hutan, Lahan Pertanian dan Pesisir di NTB

Walhi Jateng mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk meninjau ulang kebijakan perencanaan tata ruang daerah.

“Kami merekomendasikan untuk meninjau ulang kebijakan di kawasan hulu yang berkaitan dengan corak ekonomi ekstraktif serta penanggulangan bencana dari akar, dengan membatasi dan menutup proyek serta izin usaha yang merusak kawasan hulu,” tegas Adetya.

“Selanjutnya, penting untuk memulihkan fungsi kawasan hulu dan daerah aliran sungai sebagai daerah resapan dan lindung, serta membentuk kebijakan tentang kebencanaan yang berfokus pada interaksi antar daerah,” tambahnya.

Upaya Pemprov Jateng

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengupayakan penanganan jangka pendek hingga jangka panjang tengah dijalankan untuk mengatasi banjir yang sudah sepekan terakhir merendam wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Demak.

Untuk penanganan banjir jangka menengah dan panjang, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meminta Pemprov Jawa Tengah mempercepat pembangunan kolam retensi besar di Terboyo, Kota Semarang dan Sriwulan, Kabupaten Demak.

Kedua infrastruktur ini diharapkan mampu menampung limpasan air hujan dari kawasan hulu lalu mengalirkannya ke laut melalui Sungai Sriwulan.

Di samping itu, pemerintah masih menggarap tanggul laut atau giant sea wall yang menghubungkan Semarang-Demak untuk meminimalisir bencana banjir.

“Untuk wilayah Kota Semarang ada kolam retensi Terboyo, luasnya hampir 250 hektare. Tadi pagi sudah kami buka untuk dikeluarkan ke laut. Sehingga secara tidak langsung kita efektifkan pompa-pompa, kita masukkan kolam retensi untuk wilayah Semarang,” ujar Luthfi dalam keterangan tertulis, Senin, (27/10/2025).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Gubernur Sumut Turun Tangan Mediasi ASN Viral, Presiden Prabowo Beri Atensi Langsung
Gubernur Sumut Turun Tangan Mediasi ASN Viral, Presiden Prabowo Beri Atensi Langsung
Kilas Daerah
Sekretariat Mahasiswa di Makassar Diteror Bom Molotov, Satu Orang Terluka
Sekretariat Mahasiswa di Makassar Diteror Bom Molotov, Satu Orang Terluka
Regional
Banjir Semarang Surut, Penanganan Disebut Dapat Apresiasi dari Wapres Gibran
Banjir Semarang Surut, Penanganan Disebut Dapat Apresiasi dari Wapres Gibran
Regional
Keraton Surakarta Terapkan Aturan Melayat Raja PB XIII: Perempuan Harus Pakai Rok Panjang
Keraton Surakarta Terapkan Aturan Melayat Raja PB XIII: Perempuan Harus Pakai Rok Panjang
Regional
Bupati Gunungkidul Ungkap Ada 100-an Siswa Diduga Keracunan MBG, Soroti SPPG Tak Ditutup
Bupati Gunungkidul Ungkap Ada 100-an Siswa Diduga Keracunan MBG, Soroti SPPG Tak Ditutup
Regional
Bonus Makanan Pemberian SPPG Diduga Penyebab Keracunan di Pesantren Sumbawa Barat
Bonus Makanan Pemberian SPPG Diduga Penyebab Keracunan di Pesantren Sumbawa Barat
Regional
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Mobil dan Motor Korban Ditemukan
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Mobil dan Motor Korban Ditemukan
Regional
Kematian Prada Lucky di Barak, Sidang Terus Ungkap Peran Para Atasan
Kematian Prada Lucky di Barak, Sidang Terus Ungkap Peran Para Atasan
Regional
Baru 1 Dapur MBG di Kota Magelang Kantongi SLHS, Dinkes: Yang Lain Hasil Lab Belum Bagus
Baru 1 Dapur MBG di Kota Magelang Kantongi SLHS, Dinkes: Yang Lain Hasil Lab Belum Bagus
Regional
Bunyikan Musik Terlalu Keras, Mertua dan Menantu di Gowa Tewas Ditikam Tetangga
Bunyikan Musik Terlalu Keras, Mertua dan Menantu di Gowa Tewas Ditikam Tetangga
Regional
Polisi Propam Pembunuh dan Pemerkosa Dosen di Jambi 'Ulet' Berkelit Saat Diperiksa
Polisi Propam Pembunuh dan Pemerkosa Dosen di Jambi "Ulet" Berkelit Saat Diperiksa
Regional
Ada Perbaikan Rel Kereta, Jalan Kaligawe Semarang Diberlakukan Buka Tutup 3 Hari
Ada Perbaikan Rel Kereta, Jalan Kaligawe Semarang Diberlakukan Buka Tutup 3 Hari
Regional
Dituduh Selingkuh dan Digugat Cerai, Pria Lampung Bunuh Mantan Istri dengan Sejumlah Tusukan
Dituduh Selingkuh dan Digugat Cerai, Pria Lampung Bunuh Mantan Istri dengan Sejumlah Tusukan
Regional
Raja Surakarta PB XIII Wafat, Keraton Yogyakarta Tiadakan Pentas dan Tak Menabuh Gamelan
Raja Surakarta PB XIII Wafat, Keraton Yogyakarta Tiadakan Pentas dan Tak Menabuh Gamelan
Regional
Ketika Asmara Berujung Polisi Propam Bunuh dan Perkosa Dosen di Muaro Bungo Jambi
Ketika Asmara Berujung Polisi Propam Bunuh dan Perkosa Dosen di Muaro Bungo Jambi
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau