JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang tekanan fiskal global dan ketidakpastian makroekonomi kembali menekan pelaku usaha di Indonesia pada semester I 2025.
Sejumlah indikator utama mencerminkan menurunnya optimisme bisnis, memaksa perusahaan untuk lebih fokus pada efisiensi internal demi menjaga kelangsungan usaha.
Indeks Keyakinan Bisnis Indonesia tercatat turun signifikan dari 12,46 menjadi 7,63 pada kuartal I-2025. Tekanan juga terlihat pada Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang melemah ke level 46,9, menandakan kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.
Baca juga: Hadapi Gejolak Global, PGN Perkuat Basis Domestik untuk Pertahankan Bisnis
Ilustrasi Bisnis ManagementSementara itu, arus modal asing mencatatkan outflow hingga Rp 28,6 triliun, dan realisasi Foreign Direct Investment (FDI) terkontraksi 12,5 persen secara tahunan.
“Indikator-indikator ini bukan sekadar angka, tapi menggambarkan kondisi nyata. Banyak perusahaan, mulai dari startup, manufaktur, hingga ritel, kini menahan ekspansi dan lebih memprioritaskan efisiensi,” demikian tertulis dalam laporan Mekari yang diterima Kompas.com, Senin (14/7/2025).
Dalam kondisi tersebut, peran tim keuangan di perusahaan mengalami pergeseran. Tak lagi hanya mencatat transaksi, tim finance kini menjadi pusat kendali yang harus mampu memberikan data akurat untuk pengambilan keputusan cepat.
Namun di lapangan, banyak perusahaan masih berkutat dengan sistem reimbursement manual yang memakan waktu, penggunaan tools keuangan yang terpisah-pisah, input ganda antar divisi, hingga proses audit yang memakan minggu bahkan bulan.
Baca juga: KEK Danau Toba Jadi Prioritas, 7 Kepala Daerah Diminta Siapkan Rencana Bisnis
Jansen Jumino, Chief of Business Mekari, mengatakan efisiensi dan visibilitas keuangan menjadi aspek vital bagi perusahaan untuk bertahan.