KOMPAS.com – Memasuki satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, kinerja sektor ekonomi syariah menunjukkan tren positif.
Salah satu indikator utamanya tampak dari capaian PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang mencatatkan pertumbuhan kuat hingga triwulan III tahun 2025.
BSI melaporkan hampir seluruh indikator keuangannya tumbuh dua digit dan melampaui rerata industri, dengan kualitas aset yang tetap sehat. Pertumbuhan tersebut ditopang terutama oleh bisnis emas dan haji sebagai dua mesin utama penggerak usaha.
Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, laba BSI pada triwulan III 2025 mencapai Rp 5,57 triliun. Ia menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah dalam memperkuat ekosistem ekonomi syariah nasional.
“Terima kasih atas dukungan Pemerintahan Prabowo dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah melalui pendirian Bank Emas pada 26 Februari 2025 lalu,” ujar Anggoro dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
Baca juga: Ne Bis In Idem Pencucian Uang Windu Aji di Kasus Tambang Nikel
Ia menambahkan, kinerja solid BSI tidak lepas dari berbagai kebijakan ekonomi dan program stimulus yang dijalankan pemerintah. Program tersebut, termasuk penurunan BI Rate dan penempatan dana SAL, dinilai membuat likuiditas perbankan nasional semakin kondusif.
Salah satu bentuk dukungan pemerintah adalah penempatan dana SAL sebesar Rp 10 triliun di BSI yang seluruhnya telah terserap. Dana itu mendorong posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI per triwulan III mencapai Rp 348,38 triliun, naik 15,66 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Mayoritas DPK BSI berada di kategori dana murah (CASA) sebesar 59,42 persen, terdiri atas tabungan Rp 146,36 triliun (41,95 persen), giro Rp 60,64 triliun (17,41 persen), dan deposito Rp 141,38 triliun (40,58 persen).
Dengan peningkatan tersebut, total aset BSI turut tumbuh 12,37 persen menjadi Rp 416 triliun. Tahun ini, BSI menargetkan pertumbuhan dana murah, khususnya tabungan haji dan tabungan bisnis, yang masing-masing naik 19 persen dan 55 persen.
Dari sisi pembiayaan, BSI menyalurkan dana sebesar Rp 300,85 triliun pada triwulan III 2025, tumbuh 12,65 persen secara tahunan (YoY).
Baca juga: BSI Kelola 19 Ton Emas, Targetkan Naik Jadi 53 Ton pada 2030
Segmen ritel, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta konsumer menjadi kontributor utama dengan total Rp 217,86 triliun atau 72,42 persen dari keseluruhan pembiayaan.
BSI juga menjadikan bisnis emas sebagai produk unggulan. Sejak pemerintah meluncurkan layanan bulion pada Februari 2025, bisnis emas BSI melesat 72,82 persen menjadi Rp 18,76 triliun, terdiri atas Cicil Emas Rp 10,32 triliun yang naik 106,36 persen, dan Gadai Emas Rp 8,44 triliun yang meningkat 44,19 persen.
Selain pembiayaan, Tabungan E-mas juga mencatat pertumbuhan dengan saldo kelolaan mencapai 1,15 ton, penjualan 1,69 ton, serta 200.000 rekening emas aktif (CIF).
Kenaikan di lini emas turut mendongkrak pembiayaan konsumer yang tumbuh 15,02 persen dengan outstanding Rp 167,62 triliun. Sementara pada segmen wholesale, sektor telekomunikasi, agrobisnis, dan transportasi menjadi penyumbang utama pembiayaan produktif.
Meski tumbuh pesat, kualitas pembiayaan BSI tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (NPF Gross) tercatat 1,86 persen, membaik dibanding periode sebelumnya dan masih lebih baik dari rerata industri.
Baca juga: Pengguna BYOND by BSI Capai 5,23 Juta
Pada kesempatan sama, Direktur Finance and Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho memaparkan bahwa penguatan infrastruktur digital menjadi prioritas perusahaan untuk memperluas jangkauan layanan.
“Tak hanya inovasi, kami juga akan memaksimalkan infrastruktur IT dan digital untuk memperluas coverage dan meningkatkan profitabilitas,” ujar Ade.
Ia menambahkan, penguatan kapasitas teknologi informasi diyakini akan meningkatkan pelayanan bagi lebih dari 22,6 juta nasabah BSI.
“Memasuki akhir tahun ini, kami akan melanjutkan pertumbuhan pembiayaan pada segmen yang sustain dan sehat, transformasi digital berkelanjutan agar layanan BSI makin cepat, efisien, dan inklusif, serta peningkatan kapabilitas SDM dan infrastruktur,” kata Ade.
Hingga triwulan III 2025, pengguna aplikasi BYOND by BSI mencapai 5,23 juta, melonjak 164 persen dibanding awal tahun.
Baca juga: BSI Perkuat Ekonomi Syariah Lewat Hilirisasi Emas, KUR, dan Program Sosial
Selain itu, jaringan layanan BSI kini terdiri atas 5.859 ATM/CRM, 126.000 BSI Agen, 22.000 BSI EDC, 527.000 merchant BSI QRIS, serta 34.000 pengguna BEWIZE by BSI.
Untuk segmen UMKM, BSI juga meluncurkan portal Salam Digital, yang memudahkan pengajuan pembiayaan mikro secara daring.
Inovasi tersebut mendorong pembiayaan UMKM BSI mencapai Rp 50,25 triliun, dengan tingkat Pembiayaan Inklusif Makroprudensial sekitar 34,24 persen per September 2025.
Lebih lanjut, Anggoro menegaskan, sebagai pemimpin perbankan syariah nasional, BSI akan terus berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendukung program Asta Cita Pemerintah.
“BSI sebagai leader bank syariah akan mengambil peran untuk berkontribusi mensejahterakan masyarakat sejalan dengan harapan bahwa ekonomi syariah mampu menjadi arus baru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif,” ujarnya.
Baca juga: Cicil Emas Melonjak 106 Persen, Laba BSI Tumbuh Dua Digit
Komitmen itu diwujudkan melalui berbagai program, antara lain hilirisasi dan monetisasi emas dengan layanan bulion yang mencapai 1,7 ton, pembiayaan KUR Syariah Rp 25 triliun untuk 308.310 nasabah, dan penyaluran KPR bersubsidi (FLPP) bagi 22.000 unit rumah dengan outstanding Rp 3,3 triliun.
Selain itu, BSI juga berperan dalam program Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Aceh, makan bergizi gratis (MBG), ekonomi hijau, serta penyaluran zakat untuk kemaslahatan umat.
Sejak merger hingga September 2025, BSI telah menghimpun zakat perusahaan senilai Rp 849 miliar.
Melalui lembaga BSI Maslahat, dana tersebut disalurkan untuk program pemberdayaan umat di berbagai sektor, meliputi sosial dengan 226.000 penerima manfaat, dakwah (34.000 penerima manfaat), pendidikan (13.000 penerima manfaat), serta bidang kesehatan dan ekonomi.