Harga emas naik seiring meningkatnya risiko geopolitik, ekonomi, dan perdagangan global yang terus mendorong permintaan aset safe haven.
"Prospek emas memang bullish karena kekhawatiran akan tenaga kerja mengalahkan inflasi dalam jangka pendek, bahkan mungkin menengah," jelas Wong.
Baca juga: Cara Menabung Emas di Pegadaian untuk Pemula, Keuntungan, dan Syaratnya
"Namun, saya pikir kita masih terlalu jauh dari 4.000 dollar AS kecuali jika terjadi dislokasi besar," tambah Wong.
Para analis juga menandai kekhawatiran seputar independensi The Fed sebagai faktor kunci dalam membentuk arah pergerakan emas.
Ini adalah sebuah isu yang menjadi sorotan setelah Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur The Fed Lisa Cook dan berulang kali menekan bank sentral untuk memangkas suku bunga.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, analis di Goldman Sachs Group minggu ini memperkirakan harga emas secara realistis dapat mencapai 5.000 dollar AS.
Baca juga: Naik Rp 18.000, Harga Emas Antam Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Ini bisa terjadi jika Trump terus menyerang The Fed dan berhasil mendikte kebijakannya.
Akhirnya, kondisi tersebut akan mengikis kepercayaan investor terhadap aset berdenominasi dollar AS dan meningkatkan daya tarik emas batangan.
Dikutip dari Al-Jazeera, harga emas dunia melonjak pada April 2025 ketika Trump mengumumkan tarif “Hari Pembebasan” terhadap sebagian besar negara di dunia.
Ini memicu ketidakpastian besar tentang masa depan perdagangan global.
Baca juga: Harga Emas Bisa Tembus 5.000 Dollar AS Jika Trump Terus Ganggu The Fed