JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui Integrated Terminal (IT) Balikpapan menghadirkan program Kampung Pangan Berseri.
Lewat program ini, perseroan mengajak masyarakat setempat mengubah limbah menjadi sumber manfaat baru lewat konsep waste to value, dari yang tadinya jadi masalah, kini justru membawa nilai ekonomi dan lingkungan.
Salah satu inovasi andalannya adalah Enzymatic Microorganism Oil Catcher (EMO), teknologi berbasis bakteri Bacillus amyloliquefaciens yang bisa mengurai limbah minyak dan lemak.
Baca juga: Grab Dukung Pengembangan Startup Ekonomi Sirkular dan EBT
Ilustrasi limbah sayurHasilnya, air limbah jadi jauh lebih jernih, tingkat kekeruhan turun dari 3,75 NTU ke 1,7 NTU, dan kadar E. coli pun menyusut drastis.
Selain lebih sehat, teknologi ini juga menghemat biaya perawatan pengolahan limbah hingga Rp. 16 juta setiap enam bulan.
Tak hanya limbah cair, sampah organik juga diolah jadi pupuk Ecomix. Dalam setahun, sekitar 1,2 ton sampah organik diubah menjadi pupuk yang digunakan untuk hidroponik dan pertanian pekarangan, sekaligus menekan biaya pupuk hingga Rp 1,38 juta per tahun.
Masyarakat juga memanfaatkan air hujan melalui sistem Rainwater Harvesting, yang mampu menghemat biaya air sampai Rp 340 juta per tahun.
Baca juga: Bali Darurat Sampah, Ekonomi Sirkular Jadi Solusi?
Program ini berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca yakni115,97 ton CO?eq per tahun, ada penyerapan karbon hingga 16,35 ton CO?eq, dan omzet produk pertanian warga melonjak hingga Rp 108,8 juta per tahun.
Lebih dari itu, program ini juga membuka peluang bagi lansia, ibu rumah tangga, penyandang disabilitas, dan masyarakat pra sejahtera untuk ikut berkarya lewat kegiatan urban farming dan pengelolaan lingkungan.