Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kebiasaan Keuangan yang Bikin Kelas Menengah Susah Kaya

Kompas.com - 02/11/2025, 07:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Nasdaq

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat kelas menengah mungkin tampak mapan secara finansial, dengan pendapatan yang cukup untuk hidup nyaman dan membeli rumah, liburan, hingga membeli kendaraan.

Namun demikian, mereka pun tidak kebal terhadap kemiskinan.

Robert R Johnson, CFA dan profesor keuangan di Heider College of Business di Creighton University, menjelaskan, ada 5 kebiasaan keuangan yang dapat membuat masyarakat kelas menengah tidak akan kaya, dikutip dari Nasdaq, Minggu (2/11/2025).

Baca juga: 5 Hal yang Harus Dihentikan Kelas Menengah jika Ingin Kaya Menurut Warren Buffett

Ilustras belanja, belanja pakaian di mal.PEXELS/COTTONBRO STUDIO Ilustras belanja, belanja pakaian di mal.

1. Membiarkan pengeluaran meningkat

Kesalahan paling umum yang dilakukan masyarakat kelas menengah adalah membiarkan pengeluaran mereka meningkat sepadan dengan kenaikan gaji.

“Misalnya, orang pindah ke apartemen yang lebih besar atau membeli mobil atau rumah yang lebih mahal sebagai hadiah bagi diri mereka sendiri karena menerima kenaikan gaji," tutur Johnson.

Meskipun Anda memperbaiki kehidupan, Anda tidak dapat maju secara finansial, dan bahkan mungkin tertinggal, terutama jika Anda mengambil pinjaman untuk membiayai semua ini.

Sebaliknya, Johnson mendesak orang-orang untuk menginvestasikan uang dari kenaikan gaji secara efektif dan bertindak seolah-olah Anda tidak menerima kenaikan gaji.

Baca juga: Survei: Kelas Menengah Kini Fokus ke Kebutuhan Pokok ketimbang Gaya Hidup

2. Menghabiskan terlalu banyak uang untuk rumah

Kesalahan lain yang dilakukan sejumlah masyarakat kelas menengah adalah menghabiskan terlalu banyak uang untuk rumah, yang menurut Johnson merupakan bentuk "mengusir" peluang investasi lain.

Ia mengutip ekonom peraih Nobel, Robert Shiller, yang menyatakan rumah secara tradisional bukanlah investasi yang bagus karena membutuhkan perawatan, nilainya terdepresiasi, dan tidak lagi diminati.

"Banyak orang keliru percaya bahwa real estat adalah investasi yang baik dan aman. Mereka terjerumus pada cerita-cerita tentang kenaikan nilai real estat yang dramatis dalam jangka panjang," ujarnya.

Ini bukan berarti jangan membeli rumah, tetapi jangan menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam rumah daripada yang Anda butuhkan.

Baca juga: Investasi yang Dilakukan Orang Kaya agar Tak Terjebak di Kelas Menengah

Ilustrasi investasi. 
Shutterstock/A9 STUDIO Ilustrasi investasi.

3. Tidak mengambil risiko

Meskipun bijaksana untuk menyadari risiko, Johnson menemukan bahwa orang-orang bisa terlalu menghindari risiko dalam investasi.

“Kesalahan finansial dimulai sejak dini, dan kesalahan finansial terbesar yang dilakukan orang adalah mengambil risiko terlalu kecil, bukan terlalu besar. Sayangnya, banyak orang mengalokasikan tabungan pensiun ke reksa dana pasar uang atau obligasi berisiko rendah," tutur Johnson.

Cara paling pasti untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang adalah berinvestasi dalam portofolio saham umum yang terdiversifikasi, ujarnya.

Mereka yang memiliki jangka panjang memiliki lebih banyak waktu untuk mengambil risiko yang lebih besar.

Baca juga: Tips Warren Buffett untuk Kelas Menengah: Utamakan Menabung Sebelum Belanja

“Di awal masa kerja mereka, orang-orang sebaiknya mulai berinvestasi dalam reksa dana saham yang terdiversifikasi dan berbiaya rendah, lalu terus berinvestasi secara konsisten, baik saat pasar sedang naik, turun, maupun stagnan," saran Johnson.

Dikenal sebagai dollar cost averaging (DCA), menempatkan uang secara konsisten ke dalam reksa dana saham seperti itu adalah strategi seumur hidup yang hebat, ujarnya.

4. Mencoba mengakali pasar

"Banyak orang berpikir bahwa mereka dapat menghindari penurunan pasar dengan memindahkan uang masuk dan keluar pasar pada saat-saat penting," kata Johnson.

Ia mengatakan hal ini hampir mustahil, atau setidaknya, jarang ada orang yang berhasil dan konsisten melakukannya.

Baca juga: 5 Pola Pikir yang Bedakan Orang Kaya dan Kelas Menengah

Sekali lagi, katanya, cara terbaik untuk melawan kecenderungan ini adalah dengan mempraktikkan DCA dalam investasi.

5. Terlalu fokus pada melunasi utang

Meskipun melunasi utang itu penting, Johnson mengatakan ada kemungkinan menempatkan prioritas yang terlalu tinggi pada pelunasan utang, terutama jika hal itu menghalangi peluang investasi lainnya.

Menurut Johnson, strategi apa pun yang tidak memprioritaskan investasi yang solid, cerdas, dan konsisten bergerak ke arah yang salah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau